Selamat Datang di Perpustakaan 'KARTINI' SDN 01 Sidomukti Kec. Kuwarasan Kab. Kebumen

Selamat Datang di Perpustakaan 'KARTINI' SDN 01 Sidomukti Kec. Kuwarasan Kab. Kebumen
WELCOME TO 'KARTINI' LIBRARY * EXPLORE THE COLORFULL WORLD WITH READING * BOOK IS A WINDOW OF WORLD *

Senin, 19 Maret 2012

Siswa Wajib Membaca, Guru Wajib Mendampingi

KONDISI perpustakaan sekolah umumnya memprihatinkan. Ada kesan, dianggap tidak penting. Demikian diungkapkan Wayan Artika M.Hum, pengamat pendidikan Undiksha Singaraja.
“Semestinya keberadaan perpustakaan sekolah digunakan untuk membina minat membaca anak-anak sejak dini,” kata dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ini. Umumnya perpustakaan sekolah tidak memiliki gedung yang memadai. Petugas perpustakaan tidak mengerti perbukuan. “Paling tidak, petugas harus mengetahui jenis buku dan apa isi buku yang ada di perpustakaan. Petugas harus bisa memberi referensi ke siswa. Ini terutama berkaitan buku yang bagus dan menarik dibaca,” katanya.
Koleksi buku di sekolah umumnya tidak lengkap terutama buku-buku terbaru. “Koleksi tidak perlu banyak, tetapi siapkan buku yang disukai siswa. Perlu juga buku-buku terbaru, paling tidak ada daftar buku terbaru,” harapnya.



Rata-rata siswa istirahat 15 menit. Waktu itu mereka gunakan untuk membeli jajan. “Sediakan waktu dalam sepekan untuk mengajak siswa ke perpustakaan di tengah jam pelajaran yang sangat padat. Waktunya di luar jam sekolah,” katanya.
Artika yang juga Kepala Desa di Desa Belajar Batungsel, Tabanan, ini menggambarkan kondisi perpustakaan yang dibangunnya. Di sekolah itu ada waktu bagi siswa kelas III wajib membaca di perpustakaan dan guru wajib mendampingi. “Guru harus bisa memilihkan buku yang cocok dan menarik untuk dibaca. Sebagai pendamping, guru harus mengerti isi buku. Saya sengaja membeli buku full colour sehingga menarik minat baca siswa. Setelah membaca ajak siswa untuk meringkas dan berdiskusi tentang buku yang mereka baca,” tutur Artika.

Kemajuan teknologi saat ini memungkinkan orang tidak lagi membaca lewat buku, tetapi melalui media online. “Tidak ada yang bisa menggantikan nikmatnya membaca tulisan dalam kertas dan media online bukan penghalang untuk menumbuhkan minat baca ke perpustakaan,” tambah Artika. —put

Tidak ada komentar:

Posting Komentar